MARJANJI AU - Henry Simanullang


MARJANJI AU – Henry Simanullang


Ho nahuhaholongi i
Siboru namanaluhon au
Alani burjumi
Lambok ni hatami
Sai naeng mau au jonok di lambungmi

Ho na huhaholongi i
Toho ma ho boru ni raja i
Serep ni rohami
Songon dainang i
Ingkon ho nama na lao saut di au

Reff :
Marjani au
Dungkon saut ho di au
Pasonangon hu ho
Saleleng mangolu au

Holan tuho
Pasahaton hu i
Holso Las ni roha
Nadibagas rohangki

Sasada ho
Nahu haholongi i
Rade  maho manjalo au
Nga gok be rohaki
Laho mangalap ho
Gabe Parsonduk ki

BAHAGIA DAN KESEDIHAN SALING MENGAMBIL PERANNYA MASING - MASING


AKU DAN KAMU





Bunga yang layu yang tak pernah disinari. Begitulah hari – hari ku semenjak kejadian itu. Kejadian yang begitu membuat aku sangat down.  Indahnya senja, membuat luka yang sangat mendalam ku rasakan. Semenjak  bertemu dengan penghianatan, rasanya semua pria itu sama di mataku. Tapi kali ini berbeda. Setelah begitu lama tak ingin berkenalan dengan cinta, rasa itu beda saat pertama aku mengenal dia. Dari tatapan matanya, sungguh membuat aku penasaran dengannya. Malam setiap malam berlalu, semakin aku mengenal mata mu, semakin aku tau bagaimana bunyi langkah kakinya, dan semakin aku peka terhadap aroma tubuhmu. Sejenak aku lupa dengan masalalu yang pernah membuat aku luka. Yah, dia. Dia sangat berbeda dengan yang lainya. Sejak senja itu berakhir, aku menemukan matahari di pagi hari. Bunga yang layu, kini tumbuh menjadi bunga kumbang yang begitu indah. 

Hari demi hari, aku mulai menulis sedikit tentang aku dan kamu hingga menjadi sebuah paragraph baru. Sebuah paragraph yang diakhiri menjadi sebuah cerita. Kali ini izinkan aku sedikit demi sedikit, menulis tentang mu lewat tulisan ku yang akan kujadikan sebuah kenangan yang bisa aku tinggalkan ketika aku sudah dibawah kubur. Kenangan yang hanya menceritakan, aku pernah hidup sesedih ini ketika bersamamu. Dan tulisan ini menjadi bukti kepada banyak remaja, kalau cinta tidak selamanya memakai persaan, akan tetapi harus bersamaan dengan logika.

                Malam itu seperti malam yang begitu dingin dan aku harus menghangatkan tubuhku di bawah selimut tebalku. Perasaan khawatir tenggelam menjadi fajar di pagi hari yang membuat aku merasa bahagia. Hangatnya mentari menyambutku setelah merasakan kedinginan yang kurasakan tadi malam. Namun perasaan itu ada yang kurang dan berbeda. Pelukanmu.! Entah kau dimana pada saat itu dan dengan siapa.

     Aku tidak tau bagaimana caraku menuliskan tentang aku dan kamu, karena diantara kita, kebahagiaan dan kesedian sama – sama saling mengambil perannya masing – masing. Setelah bertahun-tahun lamanya menutup diri untuk mengenal cinta kembali, kau pun datang tanpa izin dan pergi tanpa izin juga. Matahari pun seketika tak ingin menyinari hatiku. Awan pun turut merasakan kegundahan yang mulai aku rasakan. Hati yang pernah aku tutup rapat, dan tidak akan mau membukanya kini sipenyusup telah hadir baik untuk membenahi setiap luka yang tercipta dimasa silam. Yah itu kamu.

Tepat di sore itu, aku menerima telepon dari keluarga ku. Menawarka pekerjaan yang membuat akau tertarik dan ingin menerima pekerjaan itu. Namun, sembari aku berkaca di depan cermin, menunduk dengan muka ruam bersedih. Au harus beranjak dan mennggalkan orang orang yang aku sayangi, terutaa dia. Dia yang selalu bisa menghiasi hari - hari ku. Ini membuat keraguan yang begitu sulit ku pilih. Lagi lagi hati ku bimbang. Dan tiba saat nya aku menjelaskan kepada dia, dan mulai mengambil keputusan.
  
Tanggal 29 Juli 2018 tepat pada hari Minggu keberangkatan ku pergi ke Jakarta untuk melanjutkan pekerjaan ku. Rasa ini sangat takut untuk melangkah. Selain posisi kerja yang aku dambakan, aku merasa sedih karena harus meninggalkan dia. Bukan untuk selamanya, tapi hanya untuk sementara. Bandara Kualanamu yang menjadi saksi keberangkatan ku. Senyum yang penuh dengan kepura puraan pun mulai tampak di raut wajah ku dan wajah dia. Namun harus ku kuatkan hati ku, demi masa depan ku.

Hari pertama bersama titik rindu yang mulai saya rasakan, kian hari semakin berat. Rasanya hari – hari itu sama ketika masakan kekurangan garam, hambar. Aku memulai membiasakan diri mandiri dan berusaha menjalaninya dengan bayang – bayang dirinya saja. Tapi, semenjak kata perpisahan itu dating menghampiri, aroma –aroma kesedihan pun mulai tercium. Dilemma yang dia rasakan, sangat berpengaruh untukku.

Seperti aku yang menunggu gerhana tiba. Begitulah perasaan yang aku rasa. Hari - hari ku, ku jalani dengan sendirinya dan mandirinya. dan perasaan itu kia mulai muncul kembali. Perasaan luka. Aku mulai merasakan hal yang hampir mendekati titik luka. Ada yang berubah. Kau menampung hatiku, walau tak ada respect yang aku rasakan. Kau mulai menggantung ku. Permasalah yang masih rampung yang tak selesai  kita diskusikan menjadi alasan utama yang selalu kau tujukan untukku. Namun, walau demikian, aku tetap tenang mencari cela agar kau tetap menerima aku, dan mau mendengarkan penjelasanku, walupun penjelasan itu tidak berguna untukmu. Aku tetap berjuang. Belajar untuk bisa menghadapi sifat mu.

Hari demi hari waktuku hanya habis begitu saja, menikmati senyummu yang mulai pudar. Yang seperti biasanya aku mendengar dering handphone ku yang berisikan ucapan sayang darimu kini tidak pernah ku dapat lagi. Bahkan untuk mengajak mu bercerita lewat telepon pun, menjadi hal sulit yang kamu iya kan. Hingga ke mimpi ku pun dia enggan untuk datang.

 Dan lagi – lagi, burung – burung mulai menertawakan ku, karena hanya menunggu mu tanpa berkesudahan. Menertawakan aku yang hanya berharap kau menemui ku.

“Persetan.!!!” perasaan apa yang aku rasakan ini. Sembari dalam hati, aku meminta pada Tuhan supaya diberikan ketabahan untukku. Dan dalam pikiran aku pasti masih bisa bertahan dalam gelombang laut yang semakin tinggi dan dahsyat. Tidak ada kata alasan untuk menyerah sebelum aku menemukan titik segala yang kupertahankan.

Kucoba menikmati hembusan angin  sepoi – sepoi dan alunan gitar yang ku mainkan, untuk meredupkan kekesalanku kemarin. Untuk pertama kalinya aku begitu merasa hancur. Seolah, kekecewaan yang aku rasakan telah berhasil membabi butakan kesedihan yang ada dalam hati ini.

Entah aku yang merasa terlalu benar, atau aku yang merasa terlalu bersalah meletaakan hati ku dengan sembarangan, aku pun tak mengerti. Sungguh sakit ini membuat aku tersiksa. Nyatanya aku sempat berpikir, untuk meninggalkan dirinya dan menemui Bapa di sorga.

“Persetan” sekali lagi aku ucapkan pada diriku. Ini tindakan konyol. Senja memang berbeda – beda setiap harinya, yang kekal hanya lah kesedihan yang aku rasakan saat ini.  Jika tak ada lagi rindu dan cinta, apa jadinya hubungan ini ?

                Saat aku menantikan kedatangan hujan begitu pula lah aku yang selalu menantikan kabar darimu. Entah aku yang terlalu tergil-gila kepada mu , aku pun tak tau itu. Dan perasaan kekecewaan itu pun mulai membekas sedikit demi sedikit. Hari – hari itu yang selalu ada di benakku, hingga malam pun habis memancarkan cahaya bulannya.

                Fajar itu pun kian datang lagi menyambut pagi. Entah aku mimpi apa semalam, aku ingin memulainya kembali. Ponselku ku genggam dan memulai mengetik. Jemari kaku, dan jantungku berdetak kencang. Dan pada akhirnya kalimat “apa kabar?” pun terkirim kepadanya.

Balasan yang aku fikir akan menyenangkan hatiku, ternyata hanya menambah luka. Perdebatan pun dimulai lagi dengan bahasa yang menjijikkan. Mulut pun bagaikan kandang binatang, yang tak pernah usai meronta dan mulai memaki dirinya. Hati ku begitu teriris oleh luka yang di berikan.Tidak pernah begini yang ku harapkan. Dimana hari itu, aku merasa terlalu bahagia, sampai pada akhirnya aku terjerat kedalam jurang. Sungguh sakit. Mengalah yang aku perbuat, hanya membuat hubungan kami semakin menjauh dari pagar yang ku ikat kencang. Entah kapal apa yang membuat mu pergi sampai sejauh ini.

Begitu bangganya aku mengagumi dirimu, begitu juga kau dengan mudah menghancurkan semua yang ku rangkai. Senja yang berlalu digantikan dengan fajar, kian menjadi hal yang lumrah untuk ku lalui. Tulisanku menjadi teman dekatku setiap aku ingin bersama mu. Tentang mu ku rangkum dari kata, menjadi sebuah karangan. Hingga tinta pulpen ku habis, rasa itu pun kian membuat aku semakin memanas di tengah hujan yang begitu dingin.

Air mata pun tak mau lagi membasahi pipi ku yang mulai kering. Sakit yang semakin menusuk membuat aku semakin yakin dengan kenyataan yang sesungguhnya. Dalam pikiran ku berfikir, ”Siapa aku untukmu? Pada siapa cinta mu kau berikan” Sembari mulutku terdiam tanpa satu katapun dan mulai membiasakan diri untuk semakin berdiam dengan keramaian yang disekelilingku.

Hari itu juga ku tunjukkan pada dunia, aku bisa kuat mengahadapi semua ini. Walau pernah ku rangkai dengan indah, kini hancur dengan egois yang begitu besar. Semoga cerita ini menjadi bukti aku pernah mengenal kesedihan yang ke kekecewaan dari mu. Trimakasih atas waktu dan hari yang pernah kita buat bersama. Trimakasih juga atas senyum pertama yang ku dapat dari dirimu, begitu pula dengan luka yang belum bisa dimaafkan.

 Jika memang dia adalah satu satunya manusia yang tidak bisa memandang kebaikan yang pernah ada pada diriku, maka bercerminlah disana, apa kau tampak sempurna ?  Coba bayang kan, kesedihan menjadi teman dekat ku semenjak hari itu. Dia yang pernah ku anggap realita, kini harus ku kenang dalam air mata.

Yang mestinya kau tahu, disini telah aku sisihkan satu kejujuran diantara jutaan batu pada kepalaku, untukmu. Walau sampai sedemikian ribu, pertanyaaan yang masih kau paksakan untuk ku jawab. Dengarlah, tidak semua orang menjawab dengan mulutnya, seperti aku yang menjadikan sikap sebagai jawaban dari kegelisahan mu.

Air yang mendidih yang engkau biarkan, kini telah pergi menghilang. Karena aku yang sempat mati matian merawat perasaan, namun diabaikan. Mengejar,  namun ditinggalkan. Sadar, bahwa angka umur tidak menjamin kedewasaan seseorang. Dan sekarang izinkan aku untuk membisu dalam setiap tentang mu. Karena itu adalah pilihan terakhirku.

Instagram :betsdita_sinaga

TUGAS AKUNTANSI BIAYA DAN PRAKTIK SEMESTER 1 BSI

 1. Batara Manufacturing memproduksi produknya hanya melalui satu departemen produksi. Manajemen menerapkan metode harga pokok proses untuk ...